Waspada Saham Gorengan! Bukannya Untung Malah Buntung
Waspada Saham Gorengan! Bukannya Untung Malah Buntung – Ketika Anda membeli dan memakan gorengan, apa yang Anda rasakan? enak, gurih dan tentunya murah.
Karena hanya dengan Rp 5 ribu, Anda sudah bisa mendapatkan 3 gorengan. Namun jika Anda terlalu sering memakan gorengan, bisa jadi bahaya kolesterol akan menghantui Anda.
Sama halnya dengan saham. Terdapat istilah “saham gorengan” dalam dunia investasi. Jika para investor salah memilih “saham gorengan” tersebut, bukan keuntungan yang akan didapatkan, tetapi kerugian yang cukup besar.
Lalu apa sebenarnya hubungan antara saham dengan gorengan yang berpotensi merugikan para investor?
Rasa gorengan yang enak, harga yang murah dan bisa berubah cepat, namun bisa menimbulkan penyakit bisa kita samakan dengan valuasi harga saham yang bisa anjlok drastis dalam waktu singkat.
Itu sebabnya, untuk menghindari kerugian saham gorengan, saham seperti berikut tidak boleh untuk kita pertahankan lebih lama.
Saham gorengan memang menggiurkan para investor dengan iming-iming return yang besar meskipun dana yang kita keluarkan cenderung kecil.
Jika Anda adalah seorang investor saham pemula, mungkin Anda akan tertarik ketika melihat profit saham tersebut.
Bahkan, mungkin saja Anda memutuskan tetap mempertahankan saham itu hingga hari esok.
Namun, sama halnya dengan harga gorengan yang bisa berubah kapan saja, harga saham gorengan yang Anda pilih bisa tiba-tiba anjlok sampai 30 persen di esok harinya! Kerugian besar yang Anda dapatkan.
Seperti apa ciri-ciri saham gorengan yang diperdagangkan di bursa? Bagaimana cara Anda untuk terhidar dari saham gorengan?
Waspada Saham Gorengan! Bukannya Untung Malah Buntung
1Harga Saham yang Tidak Stabil
Saham gorengan memiliki harga yang tidak beraturan. Contohnya, jika di hari ini Anda melihat saham tersebut bertengger di harga Rp 100 perak saja.
Lalu, singkat cerita jadi Rp 150 dan beberapa saat kemudian jadi Rp 200 atau Rp 300-an. Tiba-tiba dikeesokan harinya, saham ini kembali terperosok lagi ke Rp 100 perak.
Ketika harganya naik, para investor langsung melepas saham itu dan menikmati keuntungan. Itulah yang akhirnya membuat harga saham tersebut di lelang dengan mudahnya.
Namun ketika harga kembali menjadi Rp 100 perak, saham menjadi tidak laku. Kalaupun ada yang beli, return juga tidak bakal naik sesuai dengan yang diharapkan.
2Fundamental Perusahaan Tidak Jelas
Sudah sewajarnya jika harga saham akan mengikuti perkembangan fundamental perusahaannya. Bila perusahaan tersebut mencetak keuntungan, sudah sewajarnya harga sahamnya naik.
Namun, tidak berlaku pada saham gorengan. Pada saham gorengan, pergerakan keuntungan seringkali tidak sesuai dengan kinerja fundamental perusahaan tersebut.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa bandar saham yang menggerakkan harga tersebut sehingga harga saham menjadi naik dan turun secara drastis hingga mencapai batas auto reject bursa.
Investor yang sudah terlanjur membeli saham, sudah pasti masuk ke dalam jebakan bandar saham tersebut.
Oleh karena itu, teliti lah dalam memilih saham.
3Memiliki Kapitalisasi Pasar yang Kecil
Kapitalisasi pasar adalah harga keseluruhan sebuah perusahaan, yaitu harga yang harus dibayar seseorang bila ingin membeli 100% kepemilikan perusahaan tersebut.
Pada saham gorengan umumnya memiliki kapitalisasi pasar yang tergolong kecil, biasanya di bawah Rp 1 Triliun.
Jika saham tersebut memiliki nilai pasar yang kecil, maka bandar saham pun bisa dengan mudah memainkan harganya atau menguasai supply-nya, sehingga harga bisa naik dan turun secara drastis.
Maka dari itu berhati-hatilah! karena jika Anda memilih saham berkapitalisasi pasar yang kecil, tentunya akan memberikan keuntungan untuk para bandar saham.
4Berasal dari Saham Lapis Tiga
Saham lapis tiga juga menjadi sasaran oleh para bandar kapitalisasinya yang kecil.
Saham lapis tiga adalah saham yang memiliki kapitalisasi di bawah Rp 500 miliar dan harga saham per lembarnya juga rata-rata memiliki harga yang relatif murah, seperti Rp 50 hingga Rp 100 perak per lembar.
Hal tersebut akan membuat para investor berlomba-lomba untuk memborong saham tersebut dengan harga yang tinggi untuk mendapatkan return yang besar.
Sesuai ketentuan ekonomi yang berlaku, ketika volume perdagangan terhadap suatu produk itu naik maka harganya juga naik, bukan?
Sementara kalau produk itu gak laris maka kadang produsen atau distributor banting harga biar cepat laku.
Lalu, bagaimana caranya agar Anda terhindar dari saham gorengan?
1. Pantau Pergerakan Saham
Jika Anda tetap tertarik untuk ingin membeli saham sejenis ini, sangat wajib untuk terus memantau pergerakan harganya.
Pergerakan saham gorengan yang cepat, jika luput sedikit dapat mengakibatkan kerugian yang sangat dalam.
Tetap disiplin dengan trading Anda, jangan sampai kelalaian dalam saham gorengan memberikan Anda kerugian yang besar.
2. Pelajari Analisis Bandarlogi
Apa itu analisis bandarmologi? adalah metode analisis saham yang menganalisis pelaku jual beli saham. Metode ini dipakai untuk mendeteksi keberadaan bandar saham di bursa.
Bandar saham selalu membeli dalam jumlah besar, yang disebut sebagai akumulasi.
Saat menjualnya, bandar juga akan menjualnya dalam jumlah besar atau yang disebut distribusi. Karena itu penting untuk mempelajari pergerakannya ketika membeli saham gorengan.
3. Pilih Investasi yang Jelas
Pilihlah investasi yang jelas dan transparan. Anda bisa memulai dengan Peer-to-Peer Lending (P2P).
Pada P2P Lending, Model bisnis ini memungkinkan masyarakat luas untuk dapat membiayai individu atau bisnis melalui layanan keuangan berbasis online.
Investor dapat memilih bisnis atau individu mana yang ingin dibiayai. Investor pun akan mendapatkan keuntungan darinya.
Resiko ketika Anda melakukan investasi adalah hal yang wajar. Tapi melalui P2P Lending, risiko investasi datang dengan tingkat pengembalian yang jauh lebih baik.
Tidak hanya itu saja, Anda juga dapat meminimalkan risiko pendanaan P2P Lending dengan melakukan diversifikasi portofolio investasi Anda.
0 Response to "Waspada Saham Gorengan! Bukannya Untung Malah Buntung"
Posting Komentar